Lestari Moerdijat, menyoroti pentingnya Program Bahasa Indonesia bagi penutur asing atau Bipas sebagai alat diplomasi lunak yang mampu memperluas pengaruh Indonesia, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.
Minat warga negara asing, termasuk mahasiswa internasional yang belajar di Indonesia disebut terus meningkat. Menurut Lestari, kesempatan ini harus dimaksimalkan untuk menempatkan Bahasa Indonesia pada posisi yang lebih terhormat, terutama sebagai bahasa akademik.
Lestari juga menjelaskan bahwa secara historis, Bahasa Indonesia yang berakar dari Bahasa Melayu telah menjadi bahasa perantara di kawasan Asia Tenggara sejak dulu.
"Perlunya pengembangan dan pembinaan bahasa dan kesastraan secara khusus dalam konteks memperkenalkan dan mesosialisasikan Program Bipas dan penerjemahan. Diplomasi kebahasaan dan kesastraan bukan sekedar upaya menawarkan bahasa kepada dunia, tetapi juga proses memperkenalkan nilai sejarah dan jiwa Bangsa Indonesia. Melalui Bipas, penerjemahan, penguatan literasi, dan perlindungan bahasa sastra, kita bangun jalan bagi Bahasa Indonesia untuk hadir sebagai bahasa yang tidak hanya dipelajari, tetapi juga dihargai." Ujar Lestari.
Namun di sisi lain, Lestari mengingatkan adanya tantangan di dalam negeri. Arus globalisasi disebut membawa ancaman serius terhadap kelestarian bahasa daerah. Sejalan dengan itu, Kepala Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra Badan Bahasa, Iwa Lukmana, menekankan perlunya dukungan publik terhadap program kebahasaan yang menyebut desiminasi ini bagian dari transparansi pemerintah kepada masyarakat.
(Ahmad Mumtaz Albika Musyarrif) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(dpa)