Yogyakarta: Masyarakat Indonesia tentu akrab dengan produk jamu. Meski saat ini banyak obat kimia yang beredar, jamu masih menjadi andalan sebagian masyarakat.
Peluang ini dimanfaatkan oleh Lilik Puryati, pemilik industri rumahan produksi jamu. Di rumah produksinya di Padukuhan Dua, Desa Cerme, Kecamatan Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta,
Lilik dibantu dengan pegawainya mengolah tanaman-tanaman tradisional menjadi jamu kaya khasiat. Ia sudah terjun di dunia pengolahan jamu sejak dirinya masih kanak-kanak, lantaran kedua orang tuanya merupakan penjual jamu gendong.
Dengan pengetahuan yang luas mengenai jamu dan empon-empon, dirinya mulai membuat berbagai produk olahan baru. Butuh waktu dan percobaan, terlebih kondisi peralatan yang dimiliki terbatas untuk pengolahan jamu.
Setelah menjalani riset dan uji coba, Lilik berhasil membuat jamu tradisional berbentuk bubuk. Karena kebanyakan, pasar memilih produk yang praktis digunakan dan bisa didikmati kapanpun.
Ngiras Nyawiji, tak hanya memproduksi jamu bubuk, namun memproduksi beberapa hasil inovasi lainnya, diantaranya jamu kemasan, parfum, dan minyak empon-empon.
Kini terdapat 16 jenis produk olahan empon-empon. Dalam satu bulan, rumah produksi ini membutuhkan 1 hingga 2 kwiintal empon-empon untuk diubah menjadi jamu. Dengan kisaran jumlah produksi mencapai 1.000 pak.
Sementara untuk minyak pijat menghasilkan 80 hingga 100 liter minyak. Adapun harga jual produksi jamu herbal ini dimulai dari 15.000 hingga 100.000 rupiah tergantung isi kemasan.
Tak hanya itu, pengolahan jamu mulai ditingkatkan dengan pembuatan laboratorium rumahan. Tujuannya menjaga kualitas produk, terutama produk olahan berupa minyak dan parfum.
(Ahmad Mumtaz Albika Musyarrif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id (dpa)
