Terletak di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Gereja Puhsarang menampilkan perpaduan arsitektur Eropa dan Jawa. Bangunan ini diinisiasi oleh Pastor Romo Jan Wolters C.M. dan dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont, yang juga dikenal sebagai perancang Museum Trowulan di Mojokerto. Atap gereja berbentuk lengkung menyerupai dua perahu yang membentuk salib jika dilihat dari atas, sementara dindingnya tersusun dari batu sungai dengan gapura mirip candi peninggalan Majapahit.
Di dalam bangunan utama, terdapat altar berbahan batu yang dipadu dengan bata merah berukir. Ukiran-ukiran tersebut memuat simbol-simbol kitab suci seperti rusa dan aliran air dari sumber mata air. Pada masa pembangunannya, ukiran ini berfungsi sebagai media pewartaan iman, mengingat banyak masyarakat saat itu belum mengenal baca tulis.
Selain gereja utama, kawasan seluas sekitar 6,5 hektare ini juga dilengkapi Gua Maria Lourdes Puhsarang, replika dari Gua Lourdes di Prancis yang disebut-sebut sebagai gua Maria terbesar di Asia Tenggara. Peziarah juga dapat mengikuti peribadatan Jalan Salib Bukit Golgota dengan 15 stasi, berbeda dari umumnya yang berjumlah 14, dengan stasi terakhir berupa makam kosong. Sejak berdiri, Gereja Puhsarang telah mengalami empat kali renovasi, terakhir pada 1999, dan hingga kini tetap menjadi ruang doa yang tenang dan sejuk di tengah rindangnya pepohonan.
(Ahmad Mumtaz Albika Musyarrif) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(dpa)