Jakarta: Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam industri kreatif semakin meluas, termasuk pada proses ide hingga eksekusi kampanye pemasaran. Creative Director, Kevin Mahesa, menjelaskan bahwa dalam sebuah project kampanye, AI digunakan sebagai alat bantu untuk memvalidasi ide, bukan pengganti pemikiran kreatif manusia.
Kampanye tersebut mengubah koper bekas hasil program trade-in menjadi peredam suara bagi sekolah yang berada dekat Bandara Soekarno-Hatta.
Menurut Kevin, AI baru digunakan setelah proses utama, mencari insight dan memahami masalah, dalam hal ini isu noise pollution yang selama ini jarang disentuh oleh brand maupun pemerintah.
Dalam proses pengembangan ide, Kevin menggunakan ChatGPT untuk mencari kemungkinan teknis dan sudut pandang keahlian yang sebelumnya tidak ia kuasai. Ia bahkan memosisikan ChatGPT sebagai 'arsitek dan sound engineer kelas dunia' melalui roleplay prompt engineering, sehingga jawaban yang diberikan lebih spesifik dan relevan.
Meski menggunakan versi gratis, hasilnya cukup kuat untuk diolah menjadi proposal hingga akhirnya disetujui klien dan dikembangkan lebih lanjut bersama arsitek serta ahli akustik nyata. “AI itu bukan sumber ide, tapi alat validasi dan pengasah ide manusia,” ujarnya.
Di sisi lain, Visual Creator, Brillian Fairandi , mengungkapkan bahwa keberhasilan dalam memanfaatkan AI bukan semata-mata soal kemampuan mengetik prompt, tetapi perpaduan antara data, estetika visual, konsep storytelling, dan strategi distribusi.
Salah satu karya yang membuat namanya melambung adalah video bertema 'Salju di Jakarta' yang memadukan foto asli, digital imaging, dan AI. Karya tersebut tidak hanya viral, tetapi juga menjadi portofolio yang membuktikan bahwa ide berbasis AI tetap membutuhkan rasa, arah visual, dan kontrol kreatif manusia agar hasilnya memiliki karakter dan emosi.
Efek viral tersebut membawa dampak finansial besar bagi Bri. Video salju itu direpost lebih dari 300 media dan menarik perhatian banyak brand, pengembang properti, hingga pengelola mall.
Hasilnya, dalam satu bulan ia berhasil mendapatkan pemasukan hingga Rp60–70 juta. Menurutnya, kunci keberhasilan bukan semata AI, tetapi kombinasi antara teknologi, kemampuan kreatif, dan strategi bermain di media sosial. “AI cuma alat. Yang bikin orang peduli adalah idenya, ceritanya, dan siapa yang ada di baliknya,” kata Bri.
(Ahmad Mumtaz Albika Musyarrif)
Cek Berita dan Artikel yang lain diViral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id (dpa)