Sri Lanka bangkrut dengan beban utang besar, kehilangan pendapatan pariwisata dan efek lain dari pandemi COVID-19, serta melonjaknya biaya komoditas. Anjloknya ekonomi menyulitkan negara untuk mengimpor bensin, susu, gas, hingga kertas toilet.
Sri Lanka tidak dapat impor bahan bakar karena utang yang besar dari perusahaan minyaknya. Perusahaan energi Sri Lanka, Ceylon Petroleum Corporation memiliki utang Rp10,3 triliun. APTN.
Hai, Sobat Medcom.id! Kalau kamu punya video peristiwa menarik bisa mengirimkannya ke redaksi@medcom.id. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ARV)