Gelombang Protes di AS atas Kematian George Floyd

Medcom • 30 Mei 2020 12:32
Kematian George Floyd memicu gelombang protes karena kebrutalan polisi ke kelompok minoritas di Amerika Serikat. 

Di Minneapolis, demonstrasi berakhir ricuh. Polisi tembakan gas air mata ke pendemo. Penjarahan gedung dan kebakaran tak terhindarkan. Di Atlanta, demonstran membakar mobil polisi dan memukul petugas dengan botol. Ratusan orang juga berkumpul di Gedung Putih. Mereka suarakan "Tak ada keadilan, tak ada kedamaian" serta "aku tidak bisa bernapas". Aksi protes juga terjadi di Silicon Valley. Demonstran memblokade jalan tol. Sementara di New York, 40 orang ditangkap polisi karena demonstrasi menjadi ricuh.

Presiden AS Donald Trump menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Floyd dan meminta penyelidikan kematian Floyd dipercepat. "Saya ingin menyampaikan belasungkawa terdalam dan simpati yang paling tulus kepada keluarga George Floyd. Peristiwa mengerikan, mengerikan, mengerikan, hal mengerikan yang terjadi. Saya telah meminta pengadilan mempercepat penyelidikan atas kematiannya (George Floyd) dan melakukannya secepat mungkin. Ini situasi lokal, tapi kami membuatnya menjadi situasi federal. Dan itu hal yang mengerikan," ujar Trump.

George Floyd bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah restoran di Minneapolis. Kala itu ia didekati polisi yang mendapat laporan penipuan. Lalu beredar video berdurasi 10 menit yang memperlihatkan Floyd mengerang berulang kali mengatakan "saya tak bisa bernapas" karena lehernya ditindih dengan lutut oleh polisi. Tapi polisi tak menggubris, hingga Floyd dibawa ke RS dan meninggal dunia di sana.

Kematian Floyd ini menyoroti statistik yang mengerikan terkait pembunuhan oleh polisi di Amerika. Lebih dari 1.000 orang mati ditembak polisi di Amerika pada 2019 lalu. APTN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

Medcom Internasional Kematian George Floyd

Medcom Internasional Kematian George Floyd