Penduduk desa di Yaman masih berduka atas kematian sembilan orang, yang di dalamnya termasuk enam anak- anak dalam serangan udara yang terjadi pada pertengahan Juli lalu. Para penduduk menunjukkan bahwa hingga kini desa mereka masih dipenuhi pecahan peluru, yang tersebar di antara barang-barang pribadi.
Seorang saksi mata yang anggota keluarganya tewas dalam kejadian, mengklaim bahwa saat kejadian ada wanita dan anak-anak berada di dalam rumah. Sementara rumah tersebut menjadi target penghancuran. Saat kejadian, saksi mata mendengar sebuah jet mengelilingi desa mereka, lalu terdapat suara keras dari bom.
Nora Ali Muse'ad Mujali, korban selamat menuturkan, “saya berteriak minta tolong. Saya sangat terkejut saat itu. Rumah tersebut hancur. Saya mencari di mana anak perempuan saya, tetapi ternyata ia tewas dalam kejadian itu. Lalu, saya melihat kakak ipar saya yang juga tewas. Saya hanya dapat menggendong anak laki-laki saya dan berlari sambil berteriak minta tolong.”
Seorang penduduk desa juga gambarkan pemandangan mengerikan dari bagian tubuh para korban. Sementara Yahya Al-Qutaib, sepupu korban selamat, menuturkan bahwa mereka harus mengidentifikasi para korban tewas dalam ledakan menggunakan sisa-sisa bagian yang terbakar.
Dari pecahan yang ditemukan di lokasi, tampaknya merupakan bagian dari bom yang diproduksi di AS yang sering digunakan oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman. Otoritas setempat menyatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki untuk menentukan apakah ledakan itu disengaja atau tidak.
“Orang-orang dalam otoritas di Inggris dan seharusnya dapat memberhentikan apa yang terjadi saat ini, tapi nyatanya mereka tidak melakukan apapun. Mereka harusnya menggunakan kemampuan mereka dan berdiri untuk hak dan keadilan pada para korban yang terluka maupun yang tewas dalam serangan ini,” ucap Ali Jameel, seorang peneliti dari Mwatana.
Perang saudara yang berkecamuk antara pemberontak Houthi dan pemerintah Yaman ini berlangsung sejak 2014. Konflik tersebut telah menyebabkan kematian lebih dari 100.000 orang, dengan sebagian besar disebabkan oleh serangan udara Saudi.APTN. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id